Nenek Hebat dari Saga/Saga No Gabai Bachan (佐賀のがばいばあちゃん)
Pasca jatuhnya bom atom di Hiroshima tahun 1945, dampak mengerikan peristiwa ini langsung terasa pada sebagian besar rakyatnya , tidak terkecuali Akihiro dan keluarganya. Bukan hanya harus menghadapi himpitan ekonomi yang makin terpuruk tapi juga harus kehilangan sosok ayah yang menjadi tulang punggung keluarga akibat terpapar radiasi bom atom. Karena itulah, merasa tak sanggup untuk membesarkan Akihiro di Hiroshima maka oleh ibunya Akhiro lantas dititipkan pada neneknya di kota Saga yang terpencil.
Di Saga, Akihiro dan neneknya menjalani kehidupan yang terbilang sangat sederhana. Bermodalkan gaji sebagai petugas kebersihan dan uang titipan ibu Akihiro, mereka memenuhi kebutuhan sehari-sehari ditengah kondisi yang serba kekurangan. Pernah suatu ketika, Akihiro terlibat percakapan dengan neneknya mengenai makan malam mereka yang sangat sederhana hingga membuat hati terenyuh karenanya.
" Nek,dua-tiga hari ini,kita makan kok hanya nasi ya, tanpa lauk?"
Setelah aku berkata begitu sambil tertawa terbahak-bahak, nenekku menjawab,
" Besok nasi pun takkan ada kok."
Aku dan nenek hanya bertatapan mata,kemudian kembali terbahak bersama-sama. (prolog)
Walaupun hidup miskin, Nenek Osano bukan orang yang pantang menyerah dan bersedih pada keadaan. Ia punya ratusan ide yang mampu membuat realita hidup menjadi jungkir balik olehnya. Contohnya saja bagaimana Nenek Osano mendapatkan tambahan penghasilan dan lauk makanan dari hal yang tak terduga-duga. Paku yang sebelumnya dipandang sebagai benda kecil yang tak terperhatikan di jalanan menjadi ladang uang ditangan Nenek Osano melalui magnet yang tersampir dipinggangnya ketika berjalan. Begitupun juga arus sungai yang kerap dianggap tak berharga berubah menjadi supermarket rahasia yang bermanfaat bagi persedian makanan sehari hari.
“Sungguh sayang kalau kita sekedar berjalan. Padahal kalau kita berjalan sambil menarik magnet, lihat, begini menguntungkannya, kalau kita jual, sampah logam lumayan tinggi harganya. Benda yang jatuh pun kalau kita sia-siakan, bisa dapat tulah.” (hal 42)
Tidak hanya sampai disitu, ide neneknya juga bekerja ketika Akihiro ingin memiliki aktivitas olahraga khusus yang dalam hal ini belajar Kendo. Karena berbentrokan dengan kondisi keuangan dan peralatan yang harus dibeli, Nenek Osano malah menyarankannya mengikuti olah raga lari. Hemat dan sehat juga,kan? Akihiro pun mengikuti anjuran neneknya hingga akhirnya ia pun menjadi atletik sekolah cabang lari yang juara setiap tahun.
Walaupun hidup miskin, Nenek Osano bukan orang yang pantang menyerah dan bersedih pada keadaan. Ia punya ratusan ide yang mampu membuat realita hidup menjadi jungkir balik olehnya. Contohnya saja bagaimana Nenek Osano mendapatkan tambahan penghasilan dan lauk makanan dari hal yang tak terduga-duga. Paku yang sebelumnya dipandang sebagai benda kecil yang tak terperhatikan di jalanan menjadi ladang uang ditangan Nenek Osano melalui magnet yang tersampir dipinggangnya ketika berjalan. Begitupun juga arus sungai yang kerap dianggap tak berharga berubah menjadi supermarket rahasia yang bermanfaat bagi persedian makanan sehari hari.
“Sungguh sayang kalau kita sekedar berjalan. Padahal kalau kita berjalan sambil menarik magnet, lihat, begini menguntungkannya, kalau kita jual, sampah logam lumayan tinggi harganya. Benda yang jatuh pun kalau kita sia-siakan, bisa dapat tulah.” (hal 42)
Tidak hanya sampai disitu, ide neneknya juga bekerja ketika Akihiro ingin memiliki aktivitas olahraga khusus yang dalam hal ini belajar Kendo. Karena berbentrokan dengan kondisi keuangan dan peralatan yang harus dibeli, Nenek Osano malah menyarankannya mengikuti olah raga lari. Hemat dan sehat juga,kan? Akihiro pun mengikuti anjuran neneknya hingga akhirnya ia pun menjadi atletik sekolah cabang lari yang juara setiap tahun.
Hal-hal itulah yang dilihat dan dialami oleh Akihiro--atau sekarang lebih dikenal dengan nama Yoshichi Shimada-- selama ia tinggal bersama neneknya bertahun-tahun silam. Dan melalui pengalaman demi pengalaman berharga itu jugalah, Akihiro akhirnya memutuskan mengabadikan kisah sang nenek melalui sebuah buku yang diterbitkan tahun 2001 oleh Tokuma Shouten. Kisah sederhana dan menyentuh di buku ini pun kemudian meledak dipasaran setelah penampilan perdanannya dalam sebuah acara talk show" Tetsuko no Heya" yang dibawakan Tetsuko Kuroyanagi (Totto Chan: Gadis Cilik di Jendela.).
Setelah sebelumnya membaca karya Totto Chan, ini adalah kali kedua aku membaca novel karangan Jepang yang juga mengangkat tema filosofi hidup yang memikat. Buku Saga no Gabai Bachan ini juga sama tipisnya dengan Totto Chan dan gampang dicerna karena bahasanya lugas (salut untuk penerjemah Indah S Pratidina yang bekerjasama dengan Prof. Mikihiro Moriyama sehingga menghasilkan kualitas terjemahan yang bagus) Lalu ada ilustrasi kecil disetiap akhir bab dan sisipan bonus quote Nenek Osano di halaman akhir yang terkadang bermakna nyeleneh tapi memang benar adanya.
So, kalau kamu pengen bacaan bermutu,ringan, dan berharga untuk dikoleksi, novel ini bisa menjadi salah satu kandidat terbaik dalam hunian rak bukumu.
=================
Judul : Saga no Gabai Bachan/ Nenek Hebat Dari Saga
Penulis : Yoshichi Shimada
Penerjemah: Indah S Pratidina- Prof Mikihiro Moriyama
Penerjemah: Indah S Pratidina- Prof Mikihiro Moriyama
Penerbit: Kansha Books
Terbit : @2011
ISBN : 978-602-97196-2-8
Tebal : 264 hal
Read more: http://miss-bibliophile.blogspot.com/2011/08/nenek-hebat-dari-sagasaga-no-gabai.html#ixzz1hbccuCPB
source :http://miss-bibliophile.blogspot.com/2011/08/nenek-hebat-dari-sagasaga-no-gabai.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar